Sejarah Gunung Sindoro yang Kental dengan Nuansa Islami

Gunung Sindoro merupakan salah satu gunungapi semi-aktif yang terletak di wilayah Temanggung, Jawa Tengah. Ketinggian gunung yang mencapai 3136 meter di atas permukaan laut membuatnya terlihat sangat membumbung tinggi. Posisinya yang terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing menjadikannya terlihat seperti sepasang kekasih. Pemandangan sepasang gunungapi tersebut seringkali dinikmati oleh para wisatawan melalui puncak Sikunir yang terletak di dataran tinggi Dieng. Tidak banyak sejarah yang mencatatkan mengenai letusan Gunung Sindoro mengingat keterbatasan peralatan pada masa tersebut. Sejarah letusan Gunung Sindoro baru tercatat pada awal abad ke-18 dengan intensitas rendah hingga sedang dan sempat tertidur (dorman) selama kurang lebih 60 tahun.

Sejarah Gununga Sindoro memang kental dengan nuansa Islaminya. Ya, dibalik keindahan panorama alam yang indah ternyata ada makam yang berada di sekitar kawah gunung. Makam tersebut merupakan tempat disemayamkannya Ki Ageng Makukuhan. Keberadaan makam ditandai dengan adanya sebatang pohon Endong Wulung dan sebatang pohon Kecubung Wulung. Tanda lainnya yang bisa dikenali oleh pengunjung adalah lubang gua yang ada di lereng bebatuan sebagai tempat untuk mengasingkan diri. Ki Ageng Makukuhan sejatinya merupakan salah satu murid dari Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus. Berbekal ilmu agama yang dimilikinya maka Ki Ageng Makukuhan mengembara ke Gunung Sindoro sembari menyebarkan syiar agama Islam dengan menyamar sebagai seorang petani.